Seekor Dugong Terdampar di Pantai Watu Jimbar Sanur

Dugong terdampar foto: BKSDA Bali
Seekor Dugong ditemukan warga dalam kondisi mati terdampar pada tanggal (15/02/2022) di Pantai Watu Jimbar, Sanur, Denpasar Selatan, Bali. Hasil pemeriksaan dilapangan oleh BKSDA Bali dan instansi terkalit, satwa tersebut diketahui berkelamin betina. Hasil morfometri diketahui berukuran panjang tubuh 253 cm, dengan lingkar bagan 174 cm. Pada saat ditemukan satwa dalam kondisi hampir busuk. Dugong pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan Bernama Made Kelet.

Akhirnya hari ini BKSDA Bali, BPSPL Denpasar, PSDKP Benoa, Polair Polda Bali dan TCEC Serangan melakukan penguburan bangkai Dugong agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Belum dapat dipastikan penyebab mamalia laut ini terdampar dan mati di Pantai Watu Jimbar. Tidak ada keterangan adanya luka pada tubuh Dugong. Kejadian Dugong terdampar beberapa kali terjadi di Bali, sebelumnya pernah terjadi yaitu pada Maret 2017 di Buleleng dan Desember 2009 ditemukan Dugong terdampar di Teluk Benoa.

Dugong terdampar foto:BKSDA Bali

Deskripsi Dugong

Kepala Dugong berbentuk papak dan besar, memungkinkan mengambil nafas di permukaan air. Dugong memiliki rambut kasar disekitar mulut yang berfungsi sebagai sensor Ketika mencari lamun untuk dimakan. Pakan utamanya adalah lamun. Individu jantan dan betina dewasa memiliki gigi seri atas yang besar, yang diduga berperan saat mencari makan berupa rimpang (rizhoma) lamun (Hutomo et al., 2011).
Sebagaimana dilansir dari laman Mongabay 24 Maret 2017, Dugong memiliki Panjang tubuh antara 2,5 – 3,3 meter dan berat 250- 600 kilogram. Dugong memiliki reproduksi lambat yaitu setiap 14 bulan. Dugong betina akan terus bersama anaknya selama menyusui  yaitu sekitar 18 bulan. Di alam liar Dugong dapat hidup hingga umur maksimum 70 tahun.
Sebagaimana dilansir dari laman Bisnis.com, Dugong memiliki sepasang anggota badan di bagian depan yang menyerupai sirip yang digunakan sebagai keseimbangan dan untuk berenang sepanjang dasar laut saat mencari makanannya. Dugong juga memiliki mata yang sangat kecil dan dapat memproduksi air mata. Sebagaimana mamalia lainnya, Dugong mempunyai karakteristik menyusui anaknya.

Dugong atau sering disebut masyarakat dengan nama Duyung memiliki nama latin (Dugong dugon) yang termasuk dalam Ordo Sirenia dan Famili Dugongidae. Sebagaimana dilansir dari National Geographis, Dugong  adalah mamalia yang sangat besar, habitatnya adalah perairan pantai yang hangat. Sebaran mamalia laut ini dapat ditemukan mulai dari Afrika Timur hingga Australia, Laut Merah, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Di Indonesia Dugong masih dapat ditemukan di perairan Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Dugong masuk kategori binatang nokturnal atau binatang yang aktif pada malam hari. Mamalia ini setidaknya perlu makan sebanyak 50 kilogram rumput laut setiap harinya. Dugong sangat tergantung dengan padang lamun, tapi sayang di Indonesia dari luas padang lamun seluas 1,507 km2 hanya 5% yang tergolong sehat, 80% kurang sehat dan 15% tidak sehat (LIPI, 2017). Dugong hanya mampu menyelam selama 6 menit untuk kemudian muncul ke permukaan  mengambil nafas. Pergerakan mamalia ini lambat kecepatan berenang antara 10 km/jam hingga 22 km/jam. Gerakannya yang lambat inilah menyebabkab dugong sering dimangsa predator. Predator alaminya antara lain hiu, buaya air asin dan paus pembunuh.

Status Perlindungan

Dugong termasuk hewan lemah dan rentan terancam punah. Saat ini Dugong berstatus Vulnerable atau rentan terhadap kepunahan menurut daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN). Sedangkan menurut hukum Indonesia, Dugong (Dugong dugon) masuk kategori satwa liar dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106 tahun 2018. SAB-Fath-2022.

Post a Comment for "Seekor Dugong Terdampar di Pantai Watu Jimbar Sanur"