Manyar Jambul, Burung Kreatif Yang Semakin Langka

Sarang Manyar Jambul

Manyar Jambul/Streaked Weaver (Ploceus manyar), meski status perlindungannya bukan merupakan kategori satwa langka, terancam punah atau dilindungi, namun keberadaannya saat ini sudah sangat sulit ditemui di alam. Hasilpenelusuran status di IUCN. Manyar Jambul/Streaked Weaver (Ploceus manyar) masuk dalam kategori LC: Least concern dan menurut Peraturan Menteri LHK nomor P.106 Tahun 2018 tidak termasuk dalam kategori satwa dilindungi.

Akhir Januari 2021, saya (fath) bersama Mas Udhin mencoba melakukan pengamatan di sekitaran Gianyar. Berbekal catatan awal dari beberapa pengamat burung dan database komunitas kami “Satwa Alam Bali”, daerah Gianyar terutama daerah-daerah persawahan pernah dijumpai koloni burung Manyar. Awalnya kami mengunjungi daerah habitat berupa rawa yang ditumbuhi gelagah, rumput dan berbagai jenis tanaman air. Pada habitat ini manyar masih dijumpai walaupunjumlahnya tidak begitu banyak, perkiraan kami sekitar 50 ekor. Tidak ada sarang yang terpantau, hanya sekelompok manyar yang sedang mencari makan, bersaing dengan burung gerja dan beberapa jenis burung bondol (pipit).
Lama kami melakukan pengamatan, sambil sesekali terdengar bunyi shutter kamera kami saling bersahutan mengejar momen prilaku burung diantara sela-sela rumput gelagah. Tujuan utama kami sebenarnya adalah memotret burung Ibis-sendok Raja/Royal spoonbill (Platalea regia) namun di lokasi tersebut nihil, tak terlihat.

Menariknya dari burung Manyar ini yaitu kemampuan membangun sarang. Manyar dikenal sebagai perajut yang ulung atau burung kreatif. Sarang Manyar sangat khas dan unik. Keunikan sarang tersebut yaitu berupa rajutan rumit dari material rumput dengan bentuk lonjong menyerupai buah papaya, namun ada lorong lebih kecil memanjang di ujung bagian bawah sarang sebagai pintu. Bentuk sarang ini membuatnya terlindungi dan dapat mengelabui predator yang akan memangsanya.
Sebarannya cukup luas, menurut MacKinnon, dkk penyebaran globalnya meniputi meliputi Pakistan sampai Cina barat daya, Asia Tenggara, Jawa dan Bali (kecuali semenanjung Malaysia). Sedangkan penyebaran lolal tersebar luas di Jawa (termasuk bawean) dan Bali, namun hanya  beberapa tempat saja dalam koloni besar dan kelompok selalu bergerak  di dataran rendah. Ketinggian tempat tertinggi yang pernah kami  jumpai yaitu sekitar 700 mdpl yaitu Manyar Tempua.  

Manyar Jambul
Burung Manyar Jambul adalah penghuni dataran terbuka, dekat dengan daerah persawahan dan pinggiran hutan. Ciri khas Manyar Jambul yaitu pada burung jantan memiliki topi atau mahkota berwarna kunis emas, sisa bagian kepala, dagu, dan tenggorokan hitam., tubuh bagian bawah putih dengan coretan hitam pada dada. Tubuh bagian atas coklat kehitaman dengan sisi kuning kemarahan. Burung jantan tidak berbiak dan betina, kepala coklat dengan coretan hitam paga mahkota, alis kuning tua, ada bercak keputih-putihan pada leher,. Iris coklat, paruh abu-abu kehitaman sampai coklat, kaki coklat muda. 

Sebagaimana burung pemakan biji, Manyar Jambul memiliki paruh yang tebal dan kuat, fungsinya yaitu untuk menhancurkan biji-bijian yang dimakannya. Umumnya Burung Manyar Jambul mencari makan di persawahan atau petak-petak sawah bekas panenan. Bulir-bulir padi yang masih berisi adalah makanan kesukaannya.

Dari sisi suara, Manyar bukan merupakan burung kicauan indah. Namun demikian saat ini ada saja yang memperdagangkannya, baik di pasar-pasar burung bahkan mulai marak ditawarkan melalui beberapa platform marketplace. SAB-Fath-2022.


Post a Comment for "Manyar Jambul, Burung Kreatif Yang Semakin Langka"