Jalak Tunggir-abu, "Tambahan" Spesies Burung Endemik Bali

Jalak Tunggir-abu/Grey-rumped Myna

Pasca terbitnya Peraturan Menteri LHK Nomor P.106 tahun 2018, Jalak putih yang selama ini kita kenal sebagai tiga subspecies, kali ini Jalak Putih terbagi menjadi tiga spesies. Sehingga Bali memiliki tambahan satu jenis burung endemik yaitu Jalak Tunggir-abu. Jalak Tunggir-abu/Grey-rumped Myna (Acridoteres tertius) adalah salah satu spesies burung yang populasi di alam kian hari kian mengkhawatirkan. Secara umum populasi burung ini diperkirakan hanya 50-250 ekor saja. Populasi ini tersebar di beberapa wilayah yaitu Bali Selatan, Nusa Penida dan TN Bali Barat. Belakangan ada informasi tambahan dari masyarakat penghobi burung yaitu di daerah Pupuan, Tabanan.

Satu lokasi yang sering dilakukan monitoring populasi oleh komunitas Satwa Alam Bali (SAB), Kokokan dan Balai KSDA Bali yaitu di Bali Selatan. Populasinya tidak banyak, dalam satu kali perjumpaan yang di lakukan oleh Om Oka dan Mas Udhin (SAB) pernah tercatat sebanyak 10 ekor dalam satu koloni, sedangkan saya sendiri paling banyak menjumpai sebanyak 5 ekor dalam satu koloni. Mereka hidup pada tebing-tebing terjal pinggiran pantai, perkebunan, ladang dan padang rumput. Burung ini biasa terpantau mencari makan mengikuti sapi peliharaan penduduk yang digembalakan. Mereka menunggu serangga yang terbang akibat prilaku makan sapi.

Populasinya yang sedikit dan daerah sebaran yang terbatas, menjadikan Jalak Tunggir-abu ini masuk dalam status Critically Endangered (Kritis) oleh IUCN RedList. Pun demikian dengan Peraturan Perundang-undangan Indonesia, sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 hingga terbitnya Peraturan Menteri LHK Nomor P.106 tahun 2018, Jalak Tunggir-abu masuk dalam kategori dilindungi.

Deskripsi Jalak Tunggir-abu

Jalak Tunggir-abu
Ada tiga spesies Jalak Putih yaitu spesies sebaran Jawa dan Madura (Acridoteres melanopterus), sebaran ujung Jawa Timur (Acridoteres tricolor) dan sebaran Pulau Bali (Acridoteres tertius). Sekilas tiga spesies Jalak Putih tersebut sangat mirip, namun yang membedakan ketiganya yaitu warna gelap pada bagian punggung hingga tunggir. Semakin kearah timur sebaran, warna gelapnya semakin banyak. Begitupun sebaliknya semakin ke arah barat sebaran warna putihnya semakin banyak. Jalak Tunggir-abu dan Jalak Putih lainnya biasa hidup berpasangan atau kelompok kecil, mereka mendiami hutan dataran rendah dan hutan monsun.

Menurut beberapa sumber, Jalak Tunggir-abu memiliki ukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 23 cm. Warna bulu dominan putih. Mantel berwarna abu-abu gelap, pantat abu-abu, sedangkan warna sayap dan ekor hitam. Secara khusus warna abu-abu inilah yang menjadi kunci identifikasi Jalak Tunggir-abu jika dibandingkan dengan spesies Jalak Putih lainnya. Kakinya panjang dengan kulit berwarna kuning demikian juga warna kulit disekitar mata.

Populasi dan Konservasi

Populasi burung ini terus mengalami penurunan akibat dari perburuan dan perdagangan ilegal sebagai hewan peliharaan. Burung Jalak Tunggir-abu kian mengkhawatirkan dan semakin terancam punah, apalagi jika habitat yang didiaminya adalah lahan privat, bukan kawasan hutan atau kawasan konservasi. Kondisi ini diperparah dengan upaya pengembangbiakan yang hingga saat ini kurang menunjukkan keberhasilan. Kegiatan penangkaran sangat minim untuk jenis ini, kalaupun ada tingkat keberhasilannya masih rendah, berbeda dengan upaya pengembangbiakan untuk spesies Jalak Putih lainnya. Pun jika dibanding dengan Jalak Bali, kondisi Jalak Tunggir-abu jauh lebih mengkhawatirkan, saat ini penangkaran Jalak Bali sudah sangat banyak dan berhasil, bahkan upaya pelepasliaran ke habitat alaminya di TN Bali Barat terus gencar dilakukan dan menunjukkan adaptasi yang baik.

Mitos Burung Jalak Putih

Dugaan lain yang menjadi motif perburuan di alam selain karena harganya yang relatif mahal, yaitu adanya beberapa mitos yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat. Beberapa mitos diantaranya yaitu 1) konon Jalak Putih mampu memberikan keberuntungan bagi pemeliharanya; 2) mampu mencegah tindak kejahatan yang akan masuk kerumah pemiliknya; 3) mencegah penyakit demensia, yaitu sekumpulan gejala penyakit pada lansia yang dapat mempengaruhi mindset seseorang; 4) menjaga kesehatan mata pemiliknya; 5) mampu melatih gerakan motorik.


Faktanya, burung ini di alam memegang peran penting dalam penyebaran biji dan pengendali hama tanaman. Jalak Putih, termasuk juga Jalak Tunggir-abu menyukai makanan berupa buah-buahan dan serangga. Alih-alih memberikan keberuntungan atau mencegah tindak kejahatan, mencegah penyakit, manjaga kesehatan, yang terjadi justru jika burung ini punah akan banyak kerugian yang manusia dapatkan, hilangnya kekayaan hayati dan wabah serangan hama tanaman. SAB/Fath-2022.

2 comments for "Jalak Tunggir-abu, "Tambahan" Spesies Burung Endemik Bali"