Februari, Migrasi (Balik) Elang Migran di Mulai

Sikep-madu Asia/Oriental Honey-buzzard (Pernis ptilorhyncus)
Migrasi Elang - Hari sudah mulai terik, kuatnya cahaya matahari sudah tidak mendukung lagi untuk kegiatan pemotretan. Jam ditangan telah menunjukkan pukul 11.00 Wita (waktu Bali). Burung-burung hutanpun sudah mulai enggan beraktifitas, mereka biasanya akan masuk ke tajuk pohon atau beristirahat di sarangnya. Seperti biasa, line-up hunting kali ini masih diperkuat tim Komunitas Fotografi Satwa Liar “Satwa Alam Bali” (SAB). Kami memutuskan untuk Kembali ke camp, sebuah pondok ditengah kebun milik Mas Hilmi, warga setempat kenalan kami. 

Tidak ada perencanaan serius untuk melakukan hunting atau birding hari itu. Semua bermula dari obrolan ringan di grup Whatsapp yang jumlahnya hanya 6 orang, ada Kang Yuyun, Mas Udhin, Mas Unang, Mas Oka, Mas Deni dan juga saya. Dari hal ringan tersebut kadang muncul pertanyaan, “Sabtu – Minggu kemana kita?”. Pertanyaan ini biasanya dijawab sahut-menyahut dalam grup. Kadang kesepakatan bukan karena nilai penting spesies burung yang akan dicari, kadang cuma ingin pindah tidur atau sekedar menikmati kopi bikinan mas Udhin di alam terbuka.

Baru beberapa langkah kami berjalan, tiba-tiba ada sekelebat burung berukuran sedang terbang melintas dan bertengger di tengah tajuk pohon. Seketika burung-burung kecil di pohon tersebut berhamburan menyelamatkan diri. Adalah Elang-alap Cina/Chinese Sparrowhawk (Accipiter soloensis). Posisinya terhalang ranting sehingga susah untuk mengambil fotonya. Tak ada mangsa yang berhasil dia tangkap, matanya tajam melihat sekeliling sampai akhirnya dia terbang kearah rerimbunan pohon, searah aliran sungai. Kami lupa kalau saat itu dari sisi jam adalah waktu yang tepat dan ideal bagi burung pemangsa beraktifitas. Sementara dari sisi bulan (Februari) adalah awal migrasi balik bagi jenis burung-burung pemangsa migran kembali ke daerah asalnya seperti Cina, Jepang dan Siberia. Bagi saya ini adalah perjumpaan kedua saya setelah pada tahun yang lalu (2021) menjumpai koloni besar di Desa Pagi, Kecamatan Penebel, Tabanan.

Raptor atau burung pemangsa dari belahan bumi utara seperti Cina, Jepang dan Siberia melakukan migrasi ke daerah beriklim tropis salah satunya Indonesia. Migrasi raptor adalah perpindahan satwa liar pada musim tertentu dari satu tempat ke tempat lain. Hal itu dikarenakan daerah tempat tinggal mereka sedang mengalami perubahan iklim yang ekstrim. Suhu sangat dingin bahkan sampai bersalju. Satwa mangsa seperti binatang pengerat melakukan hibernasi dibawah tanah. Tidak ada yang beraktifitas diluar. Satwa-satwa yang tidak bisa melakukan hibernasi melakukan perjalanan jauh antar benua untuk mencari makan ke daerah yang lebih hangat.

Perjalanan migrasi burung pemangsa biasanya dimulai dari bulan September hingga November. Pengalaman selama pengamatan di wilayah Bali puncak tertingginya yaitu pada bulan Oktober minggu ketiga dan keempat. Pada saat seperti itu kita bisa menjumpai kelompok burung pemangsa dalam jumlah yang besar, ratusan hingga ribuan dalam satu flock. Raptor migran yang umum dijumpai adalah Elang-alap Cina/Chinese Sparrowhawk (Accipiter soloensis), Elang-alap Nipon/Japanese Sparrowhawk (Accipiter gularis) dan Sikep-madu Asia/Oriental Honey-buzzard (Pernis ptilorhyncus).

Prilaku uniknya adalah Ketika ribuan burung secra bersamaan melakukan terbang lurus (gliding) yang selanjutnya secara Bersama-sama pula melakukan atraksi terbang berputar tanpa mengepakkan sayap (soaring) kemudian lanjut gliding lagi dan seterusnya. Menurut beberapa sumber aktifitas soaring dilakukan untuk menghemat energi untuk perjalanan jauh, mereka hanya merentangkan sayap, dan melayang memanfaatkan lajur termal, yaitu tekanan udara panas yang menguar dari tanah. Mereka cenderung berhenti untuk beristirahat ketika hari sedang hujan. Fenomena migrasi Raptor di Indonesia sangat menarik dan dapat dijadikan sebagai salah satu objek ekowisata.

Elang-alap Cina/Chinese Sparrowhawk
Di Bali, beberapa lokasi yang baik untuk mengamati migrasi burung pemangsa mulai dari barat yaitu TN Bali Barat, Penebel, Bedugul (Danau tamblingan, Danau Buyan, Danau Beratan dan Geothermal), Petang, Kintamani, dan Bukit Sega. Daerah-daerah lintasan raptor tersebut adalah gugusan bukit dan gunung yang masih bervegetasi bagus dengan status kawasan sebagai Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar Alam dan Hutan Lindung. Hal ini menandakan bahwa burung juga dapat dijadikan sebagai salah satu bioindikator kualitas suatu kawasan.

Meski raptor migran tempat berbiaknya jauh di belahan bumi utara, namun siklus hidupnya sangat tergantung dengan Indonesia, sehingga hukum Indonesia menetapkan jenis-jenis raptor migran masuk kategori satwa liar dilindungi Undang-undang. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999, semua jenis raptor dari famili  Pandionidae, Falconidae dan Accipitridae masuk kategori satwa dilindungi. Penetapan status perlindungannya diperkuat untuk setiap jenis berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106 tahun 2018.


Post a Comment for "Februari, Migrasi (Balik) Elang Migran di Mulai"