Burung Serak Jawa (Barn Owl), Hantu Bagi Hama Tanaman

Burung Serak Jawa
Burung Serak Jawa memiliki keistimewaan dalam perburuan mangsa. Burung Serak Jawa atau dalam Bahasa Inggris disebut Barn Owl, pada saat memburu mangsa mengandalkan cara terbangnya yang tanpa suara dan ketajamam indera pengelihatan dan pendengarannya. Kepakan sayapnya hampir tak terdengar, suaranya diredam oleh semacam lapisan yang tampak seperti beludru pada permukaan bulu-bulu sayapnya. Selain itu, tepi sayap Burung Serak Jawa memiliki jumbai-jumbai yang sangat halus yang juga berfungsi untuk meredam bunyi kepakan sayap. Cara terbang yang tanpa suara ini menyebabkan mangsa tidak menyadari pergerakan burung Serak Jawa. Barn Owl adalah pembunuh dalam senyap.

Burung Serak Jawa (Tyto alba) merupakan salah satu spesies burung hantu (owl) berukuran besar (34 cm), mudah dikenali kaena warna bulunya yang berwarna putih. Kunci identifikasi lainnya yatu wajah berbentuk lambang “love” atau jantung, berwarna putih dengan tepi coklat. Mata menghadap ke depan, merupakan ciri yang mudah dikenali. Bulu lembut, berwarna tersamar, bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan bercak pucat tersebar pada bulu. Ada tanda mengkilat pada sayap dan punggung. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih dengan sedikit bercak hitam, atau kadang juga tidak ada. Bulu pada bagian kaki tipis atau jarang-jarang. Kepala besar, dan membulat. Iris mata berwana hitam. Paruh tajam, menghadap ke bawah, dengan warna keputihan. Kaki warna putih kekuningan sampai kecoklatan. Jantan-betina hampir sama dalam ukuran dan warna,  betina sering kali ditandai dengan ukuran tubuh yang lebih besar 25%. Burung Serak Jawa Betina dan burung muda umumnya punya bercak lebih rapat.
Ukuran tubuh betina antara 34-40cm, rentang sayap kurang lebih 110 cm dan berat badan sekitar 570 gr. Sedangkan burung jantan emiliki ukuran tubuh antara 32-38 cm, rentang sayap sekitar 107 cm dan berat tubuh sekitar 470 gr.

Burung Serak Jawa yang memiliki nama ilmiah Tyto alba ini menurut beberapa sumber sangat peka sehingga dapat melihat pada kegelapan. Untuk mendeteksi lokasi mangsa, mata dan indera pendengaran Tyto alba bekerja bersama-sama dalam satu harmoni yang serasi. Bola mata Burung Serak Jawa diketahui memiliki kedudukan tetap pada tempatnya, menghadap ke depan dan memberikan penglihatan yang bersifat binokuler dan stereoskopik. Kedudukan mata yang tetap memiliki keterbatasan terutama dalam hal mengawasi lingkungan sekitar. Menutupi keterbatasan tersebut, Burung Serak Jawa memiliki leher yang sangat fleksibel yang memungkinkan kepala dapat berputar 270 derajat dalam empat arah: ke arah kiri, kanan, atas dan bawah. Mata burung Serak Jawa memiliki adaptasi yang baik pada intensitas cahaya yang sangat rendah. Hal ini ditandai dengan ukuran pupil yang sangat besar dan retina yang tersusun dari sel-sel yang sangat sensitif, yang memberikan efek penglihatan monokromatik. Kemampuan melihat dalam gelap ini diduga memiliki kemampuan sekitar 3 – 4 kali mata manusia. Bola mata Tyto alba dilengkapi dengan lapisan membran penutup yang dapat dibuka dan ditutup. Gerakan buka-tutup dari membran tersebut berfungsi untuk membersihkan bola mata dari debu dan kotoran yang menempel pada permukaan mata. 

Burung Serak Jawa memiliki susunan letak lubang telinga yang cukup unik, yaitu tidak simetris. Letak pada kepala antara satu dengan yang lainnya tidak sama tinggi dan dengan sudut yang berbeda. Lubang-lubang telinga diselubungi oleh suatu lapisan yang tersusun berupa bulu-bulu pendek seperti bulu-bulu yang menyelimuti lingkar mukanya. Lapisan tersebut berfungsi sebagai keping pemantul (reflektor) suara. Kelengkapan pendengaran tersebut membuat Burung Serak Jawa memiliki pendengaran yang peka dan bersifat mengarah (direksional) terhadap sumber suara, sehingga Burung Serak Jawa mampu mendeteksi arah dan jarak mangsa secara tepat walau dalam keadaan gelap gulita sekalipun. Pada Burung Serak Jawa columella di bagian tengah telinga, berfungsi mengirimkan getaran dari membran tympani ke bagian telinga dalam, koklea ada meskipun tidak berbentuk spiral sempurna.

Makanan Serak Jawa umumnya adalah mamalia kecil seperti tikus atau hewan pengerat lainnya. Ketika berhasil menangkap mangsanya, kadang burung Serak Jawa menelan utuh-utuh mangsanya, tergantung ukuran. Daging dan bagian tubuh mangsa yang lunak akan ditelan dan dicerna, sementara bulu dan tulang akan dimuntahkan. Dibanding dengan jenis burung pemangsa lain, Burung Serak Jawa mempunyai system metabolism yang tinggi, sehingga membutuhkan lebih banyak makanan. Dilihat dari perbandingan berat tubuh, burung hantu ini memangsa rodensia lebih banyak daripada binatang lain. Sehingga keberadaannya dianggap paling efektif sebagai pembasmi hama dari pada penggunaan racun. Makanan Serak Jawa lainnya yaitu tupa, salah satu hewan pengerat hama bagi kelapa, kapuk randu dan bebrbagai jenis buah-huahan. Di beberapa daerah di Indonesia telah memanfaatkan burung serak jawa untuk mengatasi serangan hama tikus dengan sengaja melepasliarkan di areal persawahan dan menyediakan nestbox bagi Burung Serak Jawa untuk tinggal dan berkembangbiak.

Burung Serak Jawa Anakan
Perkembangbiakan

Burung Serak Jawa bersifat poligamus. Beberapa peneliti menjumpai seekor jantan dapat memiliki lebih dari satu pasangan, dengan jarak antar sarang kurang dari 100 meter. Selama percumbuan, jantan berputar sekitar pohon dekat sarang, sambil menyuarakan deritan dan koaran. Umumnya burung Serak Jawa bersarang di lubang pohon atau bangunan sampai ketinggian 20 meter. Burung hantu dapat berkembang biak sepanjang tahun, tergantung kecukupan bahan makanan disekitar sarang. Jika kondisi lingkungan memungkinkan, sepasang burung Serak Jawa dapat berbiak dua kali dalam setahun. Populasi tikus yang tinggi di suatu daerah dapat memacu perkembangbiakan burung Serak Jawa.
Seperti yang diceritakan oleh Made Jona, pegiat pelestari Tyto alba di Desa Pagi, Tabanan Bali, dalam satu musim kawin, individu betina Serak Jawa dapat menghasilkan telur sebanyak 3– 6 butir (terkadang dapat mencapai 15 butir) dalam interval 2 hari. Telur dierami segera setelah telur pertama diletakkan dengan lama pengeraman 30 – 34 hari. Karena peletakan telur berlangsung dalam interval beberapa hari, maka penetasannya pun tidak bersamaan. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan ukuran tubuh Serak Jawa anakan yang baru menetas. Serak Jawa anakan dengan ukuran tubuh terbesar biasanya memperoleh suplai makanan yang lebih banyak dari induknya. Akibatnya, persaingan antara Serak Jawa anakan sudah terjadi sejak di sarang. Tidak semua Serak Jawa anakan yang menetas dapat bertahan hidup, kecuali ketersediaan pakan di sekitar sarang cukup melimpah. Serak Jawa anakan yang paling terakhir menetas dan paling kecil biasanya akan mati atau bahkan dibunuh oleh anakan yang lebih besar. Dari sekitar 7 atau 15 anakan yang menetas biasanya yang mampu bertahan hingga besar sekitar 3 ekor.

Habitat

Burung Serak Jawa atau Barn owl (Tyto Alba) menyukai habitat yang masih bervegetasi seperti tepi hutan, perkebunan, pekarangan atau bahkan pemukiman penduduk. Burung ini mampu hidup sampai dengan ketinggian 1.600 m dpl. Beberapa jenis darigenus Tyto, mampu beradaptasi dan menempati tempat buatan manusia yang mirip dengan lubang pohon. Di Tabanan, Bali menyebutnya “Rubuha” rumah burung hantu. Semacam kotak kayu yang berbentuk rumah kecil yang biasanya dipasang di atas tiang dengan tinggi sekitar 3-4 meter di sepanjang pematang sawah.

Sebaran Burung Serak Jawa

Burung Serak Jawa merupakan jenis burung hantu yang tersebar hampir di seluruh bagian dunia. Burung ini (Tyto alba) dapat ditemukan di seluruh benua (kecuali Antartika), termasuk di seluruh wilayah Australia dan Tasmania. Di Bali dapat dijumpai di Penebel, Denpasar, TN Bali Barat dll. 

Status Perlindungan

Serak Jawa dilindungi? Sayangnya meskipun fungsi dan perannya sangat penting di alam, sampai saat ini Burung Serak Jawa/Barn Owl (Tyto alba) berdasarka Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 demikian juga menurut Praturan Menteri LHK Nomor P.106 tahun 2018 belum termasuk dalam satwa liar dilindungi. Demikian juga menurut badan konservai dunia (IUCN) masuk kategori Least Concern (LC).


Post a Comment for "Burung Serak Jawa (Barn Owl), Hantu Bagi Hama Tanaman"