Wisata Hutan Pancur di Kota Batam

Hutan Pancur-Batam
Agustus 2019 lalu saya berkesempatan traveling ke Kota Batam. Tepatnya si curi waktu disela-sela tugas kantor. Bayangan saya selama ini tentang Batam adalah kota industry dan pusat perdagangan barang elektronik murah, dan salah satu akses termurah untuk berkunjung ke Singapura. Kota Batam ditengah arus industrialisasi ternyata masih menyisakan hutan alam yang luas sebagai paru-paru kota. Salah satunya kawasan Hutan Wisata Muka Kuning atau Hutan Pancur.

Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) tahun 2019 adalah pembuka peluang saya untuk berkunjung ke Kota Batam. Enent nasional tahunan tersebut digelar persis di Kawasan konservasi Taman Wisata Lam Muka Kuning (TWA Muka Kuning). Ribuan rimbawan dari seluruh wilayah Indonesia dan pegiat konservasi tumpah di kawasan hutan yang letaknya tak jauh dari komplek perindustrian. Posisinya seperti terkepung oleh pabrik-pabrik, bahkan salah satu akses menuju lokasi adalah salah satu pabrik printer merk terkenal di negeri ini. Satu-satunya akses yang tanpa melewati pabrik adalah melalui kampung aceh, namun sayang jalannya belum diaspal dan sempit.

Beberapa literatur mengatakan bahwa Kota Batam memiliki kawasan hutan lindung yang sangat luas, salah satu di antaranya adalah Taman Wisata Alam Muka Kuning atau dengan nama lain Hutan Pancur. Hutan ini terletak di kawasan Simpang Dam, Muka Kuning, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Letaknya berdekatan dengan kawasan industri Batamindo, di mana terdapat banyak pekerja dari seluruh Indonesia yang berdomisili di sekitar kawasan Muka Kuning. Namun belakangan terdengar kabar beberapa pabrik mengalami pailit dan terjadi PHK pekerja besar-besaran. Mudahan saja bukan karena investor pindah ke negara lain ya..

Untuk ke TWA Muka Kuning dari Bandara Hang Nadim kita bisa menggunakan moda transportasi taxi, terserah konvensional atau online, jaraknya sekitar 14 km dan ongkosnya murah sekitar Rp. 90.000 an dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit. Taxi akan mengantarkan kita ke lokasi melalui kampung Aceh. Petualangan dari Kampung Aceh dilakukan dengan berjalan menyusuri jalan perkampungan hingga mulai memasuki kawasan area hutan. Lama perjalanannya kira-kira 1,5 jam dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak di dalam hutan yang penuh tantangan.
Informasi dari masyarakat, beberapa blok kawasan merupakan lahan bekas tambang dan bekas terjadi kebakaran namun secara umum kawasannya masih sangat alami dan terjaga. Salah satu daya tarik Hutan Pancur adalah keberadaan danau dan air terjunnya. Di dalam kawasan hutan terdapat Air pancur yakni air terjun mini yang hulu airnya berasal dari akar-akar pohon dan memancar seperti air terjun.

Terdapat keanekaragaman flora dan fauna khas di hutan TWA Muka Kuning. Antara lain Elang Bondol (Haliastur indus), Elang Laut perut Putih (Halliaeetus leucogaster), kantung semar dan beragam jenis ikan air tawar seperti ikan nila, mujair, lele, gabus dan ikan lainnya disepanjang sungai dan danau.

Hutan pancur-Batam

Berbagai upaya konservasi dilakukan untuk penyelamatan kawasan dan keanekaragaman hayati. Tepat pada peringatan HKAN tersebut dilakukan beberapa kegiatan yaitu talksow, workshop kelompok minat, tour mountaineering, bedah buku. Puncaknya yaitu pelepasliaran 2 pasang elang bondol, tak tanggung-tanggung yang melepaskan adalah Ibu Negara kita, Ibu Iriana Joko Widodo bersama Menteri LHK Ibu Siti Nurbaya Bakar. Tujuannya dengan pelepasliaran satwa tersebut dapat menambah populasi sekaligus menambah obyek daya Tarik wisata dan tentunya sebagai wujud edukasi kepada masyarakat bahwa satwa lebih indah di alam. Semoga satwa yang dilepasliarkan dapat segera beradaptasi dengan habitat barunya dan dapat menjalankan fungsi ekologisnya sebagai pemangsa puncak dalam rantai makanan.

Post a Comment for "Wisata Hutan Pancur di Kota Batam"